Senin, 21 Februari 2011

INCREASING PARTICIPATION AND SPIRIT OF MATHEMATIC

 
INCREASING PARTICIPATION AND SPIRIT OF MATHEMATIC STUDYING OF THE EIGHT GRADE STUDENTS IN SMPN 23 SURABAYA BY  COOPERATIVE LEARNING MODEL TOURNAMENT TIPE THROUGH LESSON STUDY

 By :
AHMAD  SYA’RONI
SMP Negeri 23 Surabaya
Abstract
Lesson Study is training method of educator profession through study research in collaboration and extended manners, based on collegiality and mutual learning principles, so, it will be constructed a studying community.
            Still, there are students that classified in good ability, but they do not want to raise fingers or answer problems actively before a teacher points them. Next, for group of students with middle or low ability, they are in scary situation. Globally, they bend their heads quietly if a teacher gives question or problem to students.
            Studying the Functional Graphic/Mapping Material on the 8 th C grade, starts with giving structural job for a material that will be taught. Than, the assignment is done in team with spirit, mutual cooperation and participation actively. Next, on the face to face encounter, mathematic tournament is applied, that can give result there are active raising and students skill in studying. At last, the result of the study is also raising.
Based on analysis and reflection, it seems that students are very enthusiastic in doing working group. Most students can interact well, participate actively and enthusiast in studying group, although  it’s  still  imperfect yet. In lesson study activity, it can be concluded that students’ participation and studying enthusiastic can raise by cooperative studying model  tournament tipe through lesson study. By implanting participation actively and studying enthusiastic, it is hoped that students can do socialization and help each other in team.

I.                   PENDAHULUAN
Pembelajaran matematika  tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk itu aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas matematika dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain. (Hartoyo, 2000: 24).
Langkah-langkah tersebut memerlukan partisipasi aktif dari siswa. Untuk itu perlu ada metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Adapun metode yang dimaksud adalah metode pembelajaan kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama. Felder, (1994: 2).
Pembelajaran kooperatif lebih menekankan interaksi antar siswa. Dari sini siswa akan melakukan komunikasi aktif dengan sesama temannya. Dengan komunikasi tersebut diharapkan siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan mudah karena “siswa lebih mudah memahami penjelasan dari kawannya dibanding penjelasan dari guru karena taraf pengetahuan serta pemikiran mereka lebih sejalan dan sepadan”. (Sulaiman dalam Wahyuni 2001: 2).
               Guru memandang siswa SMP adalah individu yang menginjak proses dewasa. Oleh karena itu  setiap hari,  setiap guru mata pelajaran selalu memberi tantangan dengan menyodorkan sejumlah masalah baru meminta siswa untuk menyelesaikannya. Kegiatan tersebut tidak terkecuali pada mata pelajaran matematika. Masalah tersebut akan menumpuk apabila dalam mencari solusinya selalu menghadapi frustasi yang dikarenakan kesulitan tidak tahu harus berbuat apa, tidak terlatih menghadapi masalah berat, bergantung orang lain dalam menyelesaikan masalahnya, dan lain sebagainya.
            Dari hasil diskusi dengan MGMP Matematika dan pelatihan lesson study SMP Kota Surabaya , terungkap bahwa dalam pembelajaran Matematika yang selama ini diterapkan oleh guru adalah ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Guru menjelaskan suatu topik matematika, kemudian menanyakan apakah siswanya ada yang merasa kesulitan. Setelah itu kegiatan dilanjutkan dengan memberi tugas berupa soal-soal latihan dari buku atau soal buatan guru yang ditulis di papan tulis untuk dikerjakan siswanya. Pada umumnya mereka mengeluhkan siswanya berada jauh pada kenyataan harapan di atas. Termasuk juga siswa-siswa SMP Negeri 23 Surabaya dalam belajar matematika kegiatan siswanya masih sangat ditentukan oleh guru.
               Umumnya guru dalam kelas dapat mengamati siswanya dalam tiga kelompok. Kelompok pertama adalah siswa yang tergolong berkemampuan baik, mereka  tidak mau aktif tunjuk jari atau aktif menjawab soal sebelum ditunjuk oleh guru. Selanjutnya kelompok kedua dan ketiga yakni siswa berkemampuan sedang dan berkemampuan rendah, mereka berada dalam situasi ketakutan. Umumnya mereka menunduk diam apabila guru melempar pertanyaan atau masalah kepada siswa. Apabila sengaja guru menunjuk pada anak kelompok pertama, umumnya mereka dapat menjawab atau dapat menyelesaikan masalah yang ditanyakan padanya. Selanjutnya apabila guru menunjuk pada siswa tergolong kelompok kedua dan ketiga selalu saja membangkitkan kemarahan guru, disamping mereka tidak bisa menjawab ditambah lagi sikap diam tanpa menunjukkan ekspresi usaha memperbaiki diri.         Dari pengalaman pembelajaran seperti tersebut di atas menumbuhkan pemikiran baru, bagaimana hal kurang baik tersebut dapat diubah untuk diperbaiki. Muncul suatu gagasan untuk berkolaborasi mencari solusi masalah di atas. Menemukan cara bagaimana memberi peran masing-masing siswa sesuai dengan kemampuan yang ia miliki. Pembelajaran kooperatif model tournament lesson study  dimaksudkan siswa berada dalam kelompok masing-masing menjadi pemimpin dalam tugasnya. Dalam pembelajaran tatap muka, antar kelompok dipacu dengan mengadakan kompetisi memecahkan masalah matematika yang berasal dari guru. Dengan adanya turnamenmatematika tersebut siswa diberi kesempatan untuk berlomba melakukan unjuk kemampuan. Siswa yang menjadi pemimpin bidang kemampuan akademik bertanggung jawab menjelaskan pada rekan sekelompoknya. Berdasarkan paparan tersebut diatas maka peneliti  mencoba melakukan penelitian dengan judul  Meningkatkan Partisipasi dan Semangat Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 23 Surabaya dengan Model Pembelajaran Kooperatif Model Turnamen Melalui Lesson Study”
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
  1. Bagaimanakah peningkatan partisipasi  siswa dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model tournament lesson study pada siswa kelas VIIIC SMP N 23 Surabaya Tahun Pelajaran 2008/2009 ?
  2. Dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif model tournament lesson study, apakah semangat  belajar matematika siswa  kelas VIII C SMP Negeri  23 Surabaya meningkat ?
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
  1. Meningkatkan partisipasi siswa kelas VIII C SMP Negeri 23 Surabaya pada pembelajaran matematika dengan pembelajaran kooperatif model tournament lesson study  tahun pelajaran 2008/2009.
  2. Meningkatkan semangat belajar matematika siswa kelas VIII C SMP Negeri 23 Surabaya dengan pembelajaran kooperatif  model tournament lesson study  tahun pelajaran 2008/2009.

 II. KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Penelitian Pendukung
               Penelitian yang dilakukan Wardono, 2005 tentang penerapan pembelajaran kooperatif dengan teams games Turnamen (TGT) memberikan kesimpulan bahwa pembelajaran dengan kooperatif TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan yang kita miliki merupakan bentukan kita sendiri. Piaget dikenal sebagai tokoh kontruktivis radikal dengan pendapatnya : bahwa kita  hanya dapat mengetahui apa yang dibentuk/konstruksi oleh pikiran kita (Von Glassersfeld dalam Suparno 1997:26). Dengan demikian pengetahuan tidak dapat diterima oleh peserta didik saja, akan tetapi peserta didiklah yang harus aktif mengkontruksi.
              Sementara itu Suparno (1997:45) mengatakan Vygotsky dikenal sebagai tokoh konstruktivis modern dengan idenya tentang pembentukan pengetahuan tidak berbeda dengan ide Piaget, tetapi dia lebih memilih menekankan akan adanya pengaruh interaksi sosial dalam pembentukan pengetahuan seseorang. Dalam hal ini Vygotsky lebih memfokuskan perhatiannya pada hubungan dialektika antara individu dan masyarakat, dimana interaksi sosial terlebih budaya dan bahasa dapat mempengaruhi hasil belajar. 
B. Definisi Partisipasi dan Semangat Belajar
Menurut Sunaryo (2003:27), untuk mencapai partisipasi maksimal belajar siswa, dalam pembelajaran harus ada komunikasi yang jelas antara guru dengan siswa, sehingga kegiatan belajar oleh siswa dapat berdaya guna dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pertisipasi siswa dalam pembelajaran bisa positif maupun negatif. Aktivitas siswa yang positif misalnya; mengajukan pendapat atau gagasan, mengerjakan tugas atau soal, komunikasi dengan guru secara aktif dalam pemebelajaran dan komunikasi dengan sesama siswa sehingga dapat memecahkan suatu permasalahan yang sedang dihadapi, sedangkan aktivitas siswa yang negatif, misalnya menganggu sesama siswa pada saat proses belajar mengajar di kelas, melakukan kegiatan lain yang tidak sesuai dengan pelajaran yang sedang diajarkan oleh guru.
Semangat belajar matematika adalah proses komunikasi antara siswa dan guru dalam lingkungan kelas baik proses akibat dari hasil interaksi siswa dan guru, siswa dengan siswa sehingga menghasilkan perubahan akademik, sikap, tingkahlaku dan keterampilan yang dapat diamati melalui, perhatian siswa, kesungguhan siswa, kedisiplinan siswa, keterampilan bertanya/menjawab siswa.
     C. Pembelajaran Kooperatif Model Tournaments
          Kegiatan pembelajaran yang didasarkan pada pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut Slavin (dalam Ratumanan, 2002: 116) aktivitas pembelajarannya berupa :
1.  Presentasi : Penyajian materi pembelajaran oleh guru.
2.  Belajar kelompok : Siswa mengerjakan lembaran kerja (worksheet) dalam kelompok masing-masing untuk menguasai materi,
3.  Turnamen : Siswa-siswa melakukan permainan akademis pada setiap meja turnamen yang terdiri dari 4 orang dengan kemampuan homogen.
4.  Penghargaan kelompok : skor kelompok dihitung didasarkan pada skor turnamen anggota kelompok, dan tim dihargai ,jika mereka mencapai kriteria yang ditetapkan.
Dari penetapan anggota kelompok dibentuklah tim dengan ketentuan tim - 1 beranggota A 1, B 1, C 1, dan D 1, tim - 2 beranggotakan A2, B2, C2, dan D2, …dst, tim - 10 beranggotakan A10, B10, C10, dan D10. Anggota dari tim yang terbentuk mempunyai kemampuan akademiknya beragam, hal ini dikarenakan anggota tim berasal dari berbagai kelompok. Dan untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan tabel berikut:
        Tabel 2.1  PENETAPAN KELOMPOK DAN PEMBENTUKAN TIM
No.
Kelompok Atas (A)
Kelompok Menengah 1 (B)
Kelompok Menengah 2 (C)
Kelompok Bawah (D)
Tim
Rangking
Label
Rangking
Label
Rangking
Label
Rangking
Label
1
P- I
A1
P-11
B 1
P-21
C 1
P-31
DI
I
2
P-2
A2
P-12
B2
P-22
C2
P-32
D2
II
3
P-3
A3
P-13
B3
P-23
C3
P-33
D3
III
4
P-4
A4
P-14
B4
P-24
C4
P-34
D4
IV
5
P-5
A5
P-15
B5
P-25
C5
P-35
D5
V
6
P-6
A6
P-16
B6
P-26
C6
P-36
D6
VI
7
P-7
     A7
P-17
B7
P-27
C7
P-37
D7
VII
8
P-8
A8
P-18
B8
P-28
C8
P-38
D8
VIII
9
P-9
A9
P-19
B9
P-29
C9
P-39
D9
IX
10
P-10
A10
P-20
B10
P-30
C10
P-40
D10
X

Turnamen belajar matematika digambarkan oleh Robert Slavin dalam (Silberman, 1996) dengan mengadakan kompetisi antar tim untuk menyelesaikan masalah. Turnamen Matematika dalam kegiatan ini membatasi sebagai suatu teknik pembelajaran yang memerankan perlombaan memecahkan masalah berupa soal, yang diperebutkan dalam bentuk kelompok. Turnamen matematika menggunakan turnamen permainan akademik. Dalam turnamen itu siswa bertanding mewakili timnya dengan anggota tim lain yang setara dalam kinerja akademik mereka yang lalu.
               Siswa dibagi dalam beberapa tim kelompok. Setiap anggota diberi peran sebagai pemimpin yang dijiwai semangat seperti pendapatnya Lowney (2005). Dalam tiap kelompok akan diberi masalah berupa soal untuk dikompetisikan pada intern kelompok. Apabila masalah sudah terpecahkan maka siswa yang mampu harus mau berjiwa heroik, dia mau membantu mensosialisasikan ke tim kelompoknya. Selanjutnya guru akan mengorganisir jalannya kompetisi antar kelompok. Setiap siswa bertanggung jawab dalam kelompoknya. Setiap tim ditanamkan semangat gotong royong dan kepahlawanan yakni mau membantu yang lain dengan suka rela. Terkait dengan permainan pada kegiatan turnamen dimaksudkan untuk melakukan uji kemampuan akademis yang telah dipahami oleh setiap anggota pada saat kegiatan belajar kelompok. Sebelum kegiatan turnamen dilaksanakan, dipersiapkan terlebih dahulu penetapan peserta turnamen.
Penghargaan Kelompok
          Setelah kegiatan turnamen selesai semua peserta kembali ke timnya dan koordinator melaporkan hasil turnamen dengan mengisi format rekapitulasi skor yang telah disiapkan. Pengisian format rekapitulasi skor didasarkan pada prestasi tertinggi yang diperoleh anggota. Anggota dengan perolehan nilai tertinggi dimasukkan pada baris P1, tertinggi ke 2 di baris P2 dan terendah pada baris P5  dan jika ada yang memperoleh nilai yang sama maka peringkat didasarkan pada hasil pengundian pada game pertama.
D. Lesson Study
          Kegiatan Lesson Study dimulai dari tahap perencanaan (Plan) yang bertujuan untuk merancang   pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa, bagaimana supaya siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Perencanaan ini dilaksanakan pada tanggal 11,18, dan 25 Oktober 2008 bersama-sama dengan 18 rekan guru dari sekolah yang berbeda. Peneliti sebagai guru model berkolaborasi dengan guru-guru lain dan dosen  pendamping yaitu Ibu Dra. Kusrini, M.Pd. untuk memperkaya ide-ide.  Perencanaan diawali dari analisis  permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran. Permasalahan dapat berupa materi  bidang studi,  miskonsepsi. Permasalahan  dapat juga berupa : 1)  pedagogi, yaitu bagaimana  mengembangkan metode pembelajaran yang tepat agar pembelajaran lebih efektif dan efisien; dan 2)  permasalahan fasilitas, yaitu bagaimana menyiasati  kekurangan fasilitas pembelajaran. 
          Dalam Lesson Study adalah pelaksanaan (Do)  pembelajaran untuk menerapkan   rancangan  pembelajaran yang telah  dirumuskan dalam tahap perencanaan.  Sebelumnya, dalam perencanaan telah disepakati siapa guru model yang akan mengimplementasikan pembelajaran dan sekolah yang akan menjadi tuan rumah. Tahapan ini bertujuan untuk menguji coba efektivitas model pembelajaran yang telah dirancang. Guru-guru lain dari sekolah yang bersangkutan atau dari sekolah lain bertindak sebagai pengamat (observer) pembelajaran.  Begitu pun dosen-dosen  atau mahasiswa melakukan pengamatan  dalam pembelajaran tersebut.        Fokus pengamatan ditujukan pada  interaksi siswa-siswa,  siswa-bahan ajar,  siswa guru, dan siswa lingkungan. Lembar observasi  pembelajaran perlu dimiliki oleh para pengamat sebelum pembelajaran dimulai. Para pengamat  dipersilahkan  mengambil tempat di ruang kelas yang memungkinkan dapat mengamati aktivitas siswa.  Biasanya para pengamat berdiri di sisi kiri dan kanan di dalam ruang kelas  agar aktivitas  siswa  teramati dengan baik.
          Tahap ketiga dalam kegiatan Lesson Study  adalah refleksi (See).  Setelah selesai pembelajaran langsung dilakukan diskusi  antara guru dan pengamat yang dibantu  oleh kepala sekolah atau fasilitator MGMP untuk membahas pembelajaran. Guru model mengawali diskusi dengan menyampaikan kesan-kesan dalam melaksanakan pembelajaran. Selanjutnya pengamat diminta menyampaikan komentar  dan Lesson learnt  dari pembelajaran terutama berkenaan dengan aktivitas siswa.